nasihat ibnu qoyyim

10 Nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk Bersabar agar Tidak Terjerumus dalam Lembah Maksiat

storm.jpegManusia merupakan tempat salah dan lupa. Tidak ada seorang pun yang tidak pernah melakukan perbuatan maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Seorang muslim hendaknya selalu berusaha semampunya untuk selalu taat kepada semua perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan meninggalkan semua kemaksiatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Selain itu, kita diperintahkan untuk selalu meminta kepada Allah agar senantiasa berjalan di atas jalan kebenaran, sesuai doa yang sering Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lakukan, “Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Namun, musuh kita yang nyata, yaitu setan selalu menggoda seorang muslim untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah. Untuk mencegah perbuatan maksiat harus diperlukan kesabaran. Berikut ini kami sampaikan 10 nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat;


Pertama, hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina, dan rendah perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada
anaknya, demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya.

Kedua, merasa malu kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena sesungguhnya pandangan Allah selalu mengawasi dirinya dan betapa tinggi kedudukan Allah diatas segalanya. Apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya. Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat (mana yang haq dan yang bathil) seolah-olah Anda sedang berada di hadapan
Allah subhanahu wa ta’ala.

Ketiga, senantiasa menjaga nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang di limpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu. Apabila engkau berlimpah nikmat maka jagalah, karena maksiat akan membuat nikmat hilang dan lenyap. Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.

Keempat, merasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan khawatir tertimpa hukuman-Nya.

Kelima, mencintai Allah, karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya. Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta.

Keenam, menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya. Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat.

Ketujuh, memiliki kekuatan ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat, jeleknya akibat yang ditimbulkan, dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri, karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati.

Kedelapan, meninggalkan buaian angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah singgah sementara, sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatupun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.

Kesembilan, hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum, dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tersebut. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah waktu senggang dan lapang yang dia miliki, karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.

Kesepuluh, sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas, yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati. Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat dan apabila imannya melemah maka kesabarannya pun melemah. Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh, maka sungguh dia telah keliru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar